OLEH : PRISKA LOLITA PRADA RURON
(SMP
NEGERI 1 LEWOLEMA – WELO)
Hidup sehat sangat didukung oleh lingkungan yang
sehat. Namun pada kenyataanya, masyarakat belum sepenuhnya memahami hal itu.
Masih banyak ditemukan pola hidup tidak sehat dalam kehidupan sehari – hari.
Salah satu prilaku yang terlihat adalah membuang sampah di sembarang tempat.
Ketiadaan tempat sampah membuat
warga begitu entengnya membuang sampah di pekarangan rumah. Sampah itu terdiri
dari sampah organik, seperti sisa makanan, daun- daun, potongan kayu, kotoran
hewan dan lain- lain. Sementara sampah anorganik meliputi sampah plastik,
kemasan mie instan, kemasan air mineral, dan bekas botol botol minuman. Selain
di pekarangan rumah, tidak sedikit pula warga yang bermukim di pinggir kali dan
di pesisir pantai menempuh jalan pintas yaitu membuang sampah di kali dan di
laut.
Pemahaman warga yang terbatas akan
pola hidup sehat dan bagaimana memanfaatkan sampah secara positif membuat warga
hanya memilih cara tunggal yakni membakar. Bagaimana efek dari sampah yang
dibakar? Sudah pasti memberikan efek buruk. Asap hasil bakaran dari sampah
membuat udara di sekitar rumah menjadi tercemar. Bau tidak sedap menjadi dampak
lain yang mengundang pencemaran. Sementara sampah yang dibuang ke kali dan ke
laut akan sangat menganggu ekosistem
di dua tempat ini.
Lingkungan yang tercemar membuat
hidup tidak sehat. Bahkan hidup menjadi tidak nyaman karena berada di
lingkungan yang sudah tercemar. Di kalangan pelajar, sangat tidak menguntungkan
karena konsentrasi belajar menjadi sangat terganggu akibat bau tidak sedap yang
ditimbulkan oleh sampah yang terus menumpuk dari hari ke hari.
Menurut WHO ( Word Healt Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada
antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Sementara itu menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia),
kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia
dan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat
dan bahagia (kesehatanlingkungan88.blogspot.com,
diakses taggal 14 April 2016)
Seiring dengan kepadatan populasi
yang terus bertambah dari tahun ke tahun menyebabkan lingkungan terus tercemar.
Untuk menghindari pencemaran lingkungan, hampir kita tidak mampu tetapi untuk mencegahnya kita pasti
bisa.
Memulai
dari mana? Marilah kita memulai dari pribadi kita masing- masing, dari keluarga
kita, dan dari lingkungan kerja kita. Kita mulai dari hal yang sederhana tetapi
dengan sebuah komitmen yang kuat untuk bertangung jawab terhadap kesehatan
lingkungan.
Pada
umumnya, ada tiga cara yang dikenal dalam penanggulangan sampah yaitu : Reduce, Reuse, dan Recycle yang
disingkat 3 R.
Pertama
Reduce yaitu mengurangi segala
sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah. Jumlah sampah plastik paling banyak
ditemukan. Ibu – ibu rumah tangga dalam satu kali belanja, bisa menyisahkan
sampah plastik antara enam sampai tujuh plastik. Sebut saja, saat berbelanja
untuk mengisi sayur menggunakan plastik, belanja ikan menggunakan plastik,
bawang menggunakan plastik dan belanja kebutuhan lainnya menggunakan plastik.
Sementara itu, di kampung- kampung ada banyak bakul yang terbuat dari daun
lontar yang bisa digunakan untuk mengisi barang yang dibeli.Penulis
menganjurkan ibu- ibu rumah tangga dapat menggunakan bakul dimaksud pada saat
berbelanja. Selain itu, dapat menggunakan keranjang secara berulang – ulang
pada saat belanja barang.
Kedua
Reuse yaitu penggunaan kembali sampah
yang masih digunakan baik untuk fungsi yang sama atau fungsi lain. Di
lingkungan sekitar banyak ditemukan bekas – bekas ember plastik yang terbuang
begitu saja. Ember plastik ini, bisa digunakan kembali untuk pot – pot bunga, dan
pot untuk tanaman lainnya. Selain itu, ditemukan juga bekas botol – botol
minuman. Botol ini dapat dimanfaatkan untuk mengisi sisa minyak goreng.
Ketiga
Recycle yaitu mendaur ulang sampah
supaya menjadi produk baru. Jumlah sampah dari dedaunan, kotoran hewan seperti
kotoran babi, kambing, sapi dan ayam terbuang begitu saja. Kotoran – kotoran
itu dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk kompos yang digunakan para petani
sebagai pupuk untuk mengurangi penggunaan pupuk berbahan kimia yang merusak
kesuburan tanah. Pupuk kompos sangat menyuburkan tanah.
Mari
kita selamatkan lingkungan dengan cara membuang sampah pada tempatnya, karena
lingkungan yang sehat dan bersih adalah lingkungan yang bebas dari sampah***
Tulisan ini, menghantar Priska Lolita
Prada Ruron menjadi Duta Sanitasi NTT dan akan mengikuti lomba tentang sanitasi di Jakarta pada
tanggal 1 Agustus 2016