Perjalanan prosesi mengelilingi Kota Larantuka
menyinggahi delapan buah perhentian (Armida), yakni
2. Armida Tuan Meninu (Armada kota)
3. Armida St. Philipus (Balela)
4. Armida Tuan Trewa (Larantuka)
5. Armida Mesti De Campo (Pantekebi)
6. Armida St. Antonius (Pohon Sirih)
7. Armida Kuce (Istana Raja)
8. Armida Desa Lohayong.
Urutan Armida ini menggambarkan seluruh kehidupan
Yesus Kristus mulai dari ke AllahNya (Missericordia), kehidupan manusiaNya dari
masa Bayi (Tuan Meninu), masa remaja (St. Philipus) hingga masa penderitaanNya
sambil menghirup dengan tabah dan sabar seluruh isi piala penderitaan sekaligus
piala keselamatan umat manusia.
Sejak perarakan keluar dari gereja, para "ana
muji" melagukan "popule meus" yang mengisahkan tentang keluhan
Allah akan rahmat dan kebaikan-Nya yang disia-siakan oleh umat-Nya. Sementara
puteri-puteri Yerusalem meratapi penderitaan dan kesengsaraan Kristus dalam
alunan “ejus domine”
Di setiap Armida (perhentian), dalam keheningan nan
bening, ketika semua doa dan lagu dihentikan berkumandanglah ratapan Kristus
yang memilukan Ovos omnes est dolor sicut dolor meus" (Wahai kalian yang
melintas dijalan ini adakah deritamu sehebat deritaku).
Lagu pilu ini dinyanyikan oleh seorang perempuan
berkerudung biru, sembari secara perlahan-lahan membuka gulungan berlukiskan
"ecce homo" atau wajah Yesus bermahkota duri yang berlumuran darah.
Momentum ini kembali mengingatkan peristiwa Veronika menyapu wajah Yesus ketika
dalam perjalanan berdarah menuju bukit tengkorak (Golgota) yang kemudian
disusul dengan lagu "sinyor deo missericordia" yang begitu agung oleh
barisan Confreria. (Maksimus Masan Kian)
Sumber: FbJon Magasar Bahy
komentar itu penting
sebab itu katakan apa yang ingin adan katakan
katakan yang baik atau buruk
asal jangan berkata tentang SARAH dan menyinggung orang lain
EmoticonEmoticon