Catatan Debat Terakhir Pilgub NTT


 Catatan Debat Terakhir Pilgub NTT

Oleh    : Maksimus Masan Kian, S.Pd
(Warga Flores Timur, Tinggal di Kelurahan Sarotari Tengah)

Tidak seperti debat sebelumya, di debat ketiga atau debat terakhir Pasangan Calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Sabtu malam (23/6/18) berlangsung seru. Saya sangat antusias, serius dan fokus menontonnya. Keantusiasan saya beralasan, sebab tema debat yang dipusatkan di Concert Hall Jakarta ini mengangkat soal pendidikan dan kesehatan. Dua hal dasar yang bagi kami sangat strategis dalam mendukung pembangunan di daerah. 

Dari dua tema di atas, fokus saya lebih pada tema pendidikan, khususnya lagi terkait Gerakan Literasi di NTT. Mengapa? Sebab gerakan yang satu ini, cukup efektif dalam meningkatkan kreativitas Anak-anak NTT dalam berekspresi melalui tulisan dan mampu mengembangkan potensi dirinya, hasil dari ketekunan membaca buku. 

Debat malam itu, disiarkan melalui channel iNews TV. Dengan sangat teliti saya mendengar, merekam dan mencatat sesi demi sesi pernyataan atau argumentasi dari satu Paslon ke Paslon lainnya. Pasangan Esthon L Foenay - Cristian Rotok adalah pasangan yang pertama menyebut kata literasi, yakni berkaitan dengan kompetensi literasi. Tidak dijelaskan kongkrit berkaitan dengan kompetensi literasi dimaksud. Sebatas disebutkan sebagai satu item program dalam bidang pendidikan. 

Paslon berikut yang dengan jelas memberi pernyataan tentang Gerakan Literasi di NTT adalah Paslon Nomor 4, Viktor Bungtilu Laiskodat - Joseph Nae Soi. Pernyataan itu muncul sebagai tanggapan atas penyampaian program Paslon Nomor 3, Benny K Harman - Benny A. Litelnoni yang dalam satu point pernyataannya, akan mefokuskan pembangunan sarana dan prasarana sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ini ditanggapi Victor. Menurut Victor Laiskodat, untuk meningkatkan kualitas pendidikan di NTT, hal yang perlu dilakukan bukan sekedar pembangunan fisik, tetapi terpenting adalah membangun manusianya. Bagi Victor, yang perlu dilakukan adalah peningkatan kualitas guru dan kemampuan literasi. Ia dengan tegas menekankan soal bagaimana meningkatkan minat baca di NTT dengan mendatangkan buku sebanyak banyaknya. "Perlu ada pembiasaan membaca selama 2 jam sehari untuk anak anak NTT. Hal ini dilakukan untuk peningkatan kecerdasan intelektual,"kata Victor.

Giliran Benny Harman menanggapi, ia mengatakan minat baca di NTT minim, bahkan tidak ada. Budaya membaca minim. Kurang sekali orang ke Perpustakaan untuk membaca buku, ia bahkan mempertanyakan, bagaimana dengan ketersediaan buku yang banyak tetapi minat baca rendah? Ditambah lagi, zaman moderen saat ini, melalui internet orang bisa mengakses apa saja. "Yang penting sarana dan prasarana di NTT kita bangun, dan kesehjateraan guru kita perbaiki,"tegas Benny.

Di sesi lain, Victor Laiskodat masih kembali mengangkat soal gerakan literasi dan menanggapi pernyataan Benny Harman. Kata Victor, bagaimana kita bicara budaya kalau tidak ada barang, tidak ada latihan. Maka untuk meningkatkan minat baca atau menciptakan budaya membaca, dibutuhkan barang dalam hal ini buku. "Seperti seorang petinju, ia menjadi hebat karena latihan yang terus menerus. Sama dengan minat baca, kalau terus menerus diperbiasakan akan membudaya,"kata Victor. Walau belum ada pembahasan yang mendalam tentang Gerakan Literasi, saya sangat menikmati perdebatan malam itu. 

Secara umum, pada topik pendidikan masing masing Paslon memiliki program unggulan. Pasangan Nomor Urut 1 (Esthon- Chris) menekankan soal pendidikan karakter. Bagaimana menjadikan guru menjadi orang tua di sekolah dan orang tua menjadi guru di rumah. Esthon- Chris berjanji memperhatikan Pendidikan Non Formal dan Informal, termasuk meningkatkan kapasitas guru dan peningkatan kesehjateraan guru. Pasangan ini juga siap berupaya untuk guru guru NTT bisa disertifikasi sehingga menjadi guru yang profesional.

Pasangan Nomor Urut 2, Marianus-Emmy, menekankan soal pemetaan standar pendidikan, peningkatan kapasitas Kepala Sekolah dan guru, adanya taman guru, peningkatan kesehjatraan guru, pengembangan model - model pembelajaran yang efektif juga penyiapan angkatan SMA, SMK yang bisa terjun langsung ke pasaran, dengan meningkatkan keterampilan mereka. Kaum perempuan juga mendapat perhatian khusus yakni akan diberikan beasiswa untuk pendidikan.

Pasangan Nomor Urut 3, Harmoni, menekankan soal kualitas pelayanan, dan  kesehjateraan guru. Harmoni berjanji akan mengangkat guru guru komite menjadi Tenaga Kontrak Propinsi, guru komite di kabupaten didorong bersama dengan Kepala Daerah untuk diangkat menjadi Guru Kontrak Daerah dengan gaji disesuaikan dengan Upah Minimun Regional yakni sekitar Rp.1.700.000 (Satu Juta Tujuh Ratus Ribu Rupiah). Selain itu, Harmoni juga menyertakan Kepala Sekolah dan guru guru dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) peningkatan kapasitas, termasuk memajukan bidang olahraga.

Sementara Pasangan nomor 4, Victory- Joss, menekankan soal transformasi. Menurut mereka, ada 4 komponen dalam pendidikan yang diperhatikan yakni prasarana, sarana, pendanaan, dan pendidik dan Tenaga Kependidikan. Untuk Tenaga Pendidik tidak saja soal bagaimana guru mengajar, tetapi juga mendidik maka akan dilakukan peningkatan kompetensi guru. Akan ada upaya menaikan honor guru, pelatihan pelatihan untuk  meningkatan kapasitas guru, juga pengembangan pengetahuan dan keterampilan yang akan ditansfer kepada siswa. Keterampilan keterampilan dasar yang dimiliki warga NTT saat ini akan diperhatikan serius untuk dikembangkan secara efektif dan efisien.

Di akhir debat, pada sesi closing statement, masing - masing Paslon mengharapkan Pilkada yang akan berlangsung pada 27 Juni 2018 mendatang  berjalan dengan aman dan tertib. Menurut Victory- Joss, 4 Paslon yang ada, sudah ada wakil yang dipilih oleh Tuhan. Esthon- Cris, Paslon Nomor 1, mengatakan memilih pemimpin baru artinya, besok harus lebih baik dari hari ini. Paslon 2 menyatakan, suara perempuan adalah suara perubahan. “Sejauh ini jalan sudah panjang dilalui, sudah ada kerja keras, selebihnya Tuhan yang akan menentukan,’kata Emmy. Paslon nomor 3, Harmoni menyampaikan terima kasih untuk para Misionaris yang telah berjasa dalam dunia pendidikan di NTT. Harmoni berharap, warga menjaga kesucian suaranya untuk digunakan pada pemilu mendatang.

Debat terakhir sudah berakhir, pertanda masa kampanye telah usai. Selanjutnya memasuki tahapan masa tenang. Pastikan 27 Juni mendatang kita gunakan hak pilih kita dengan berpartisipasi dalam pemilihan.



komentar itu penting
sebab itu katakan apa yang ingin adan katakan
katakan yang baik atau buruk
asal jangan berkata tentang SARAH dan menyinggung orang lain
EmoticonEmoticon