Kamis , 31 Juli 2014
Idul Fitri, Umat Islam Berjejer Menanti Kedatangan Umat
Katolik
Umat Katolik dan Umat Islam
Merayakan Idulfitri sebagai sebuah budaya di Desa Honihama (foto: masankian)
Idul Fitri, Umat Islam Berjejer Menanti Kedatangan
Umat Katolik
WEEKLYLINE.NET_ Kisah indah Idullfitri Dari Desa Honihama-Adonara
Timur. Umat Islam sejak pagi berdiri berjejer di sepanjang jalan didalam
kampung menanti kedatangan umat Katolik
Seumpama
sebuah Taman, jika hanya ada satu bunga, maka taman itu tidak nampak indah.
Menjadi
indah, jika didalam sebuah taman terdapat lebih dari satu bunga. Sama halnya
juga dengan Agama di dalam sebuah Kampung. dua agama di dalam satu Kampung itu
terlalu indah.
Sebuah
ungkapan dari Rasyid Payong dalam sambutannya sebagai Imam Mesjid Al-Mutakim
Honihama, Desa Tuwagoetobi Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur pada
selasa 29 Juli 2013 dalam acara Idul Fitri 1 Syawal 1435 hijriyah secara
bersama antara umat Beragama Islam dan Katolik di Desa Tersebut.
Honihama
adalah sebuah Kampung di Di Pulau Adonara terletak paling timur dari Kecamatan
Witihama. Secara Administratif, dikenal dengan Desa Tuwagoetobi.
Di
tempat ini, tolerasi antar umat beragama masih sangat terasa. Wujud tolerasi
antar umat beragama akan kita jumpai dalam berbagai bentuk acara kebersamaan
salah satunya adalah pada perayaan hari besar keagamaan seperti paskah dan Idul
Fitri.
Pada
hari raya paskah, Umat yang beragama Islam akan Menyambangi Umat katolik untuk
memberikan salam, Ucapan selamat serta berjabatan tangan,dan sebaliknya pada
saat Idul Fitri Umat dari Agama Katolik akan Menyambangi Umat yang beragama
Islam untuk memberikan selamat dan berjabatan tangan.
Pilihan
tempat untuk melaksanakan Paskah dan Idul Fitri bersama adalah ditengah –
tengah kampung, biasanya dihalaman balai Pertemuan dusun yang terdapat halaman
yang luas.
Umat Katolik di Desa Honihama
berbaris dengan rapih untuk menyalami umat islam yang merayakan Idulfitri
(foto: maksi masan kian)
Toleransi
antar umat beragama (Islam dan Katolik) dikampung ini merupakan sebuah tradisi
yang diwariskan secara turun temurun oleh tokoh –tokoh agama Katolik dan Juga
Islam.
Pelaksanaan
hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1435 hijriyah tahun 2014 tingkat Desa Tuwagoetobi
Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur, terlaksana di dusun tiga (3)
Lewolein.
Umat
beragama Islam sejak pagi berdiri berjejer di sepanjang jalan didalam kampung
menanti kedatangan umat Katolik. Saat Umat Islam sudah siap, Umat Katolik yang
sebelumnnya sudah berkumpul dihalaman Gereja berjalan pelan dalam posisi
barisan dan berjabatan tangan dengan semua umat Islam yang sudah berdiri siap.
Momentum
jabatan tangan antara Umat Islam dan Umat Katolik memberikan makna saling
memafkan lahir dan Batin antara satu dengan yang lainnya. Umat meyakini bahwa
dalam kehidupan bersama pada setiap harinya, pasti sebagai Manusia Lemah ada
salah dan Keliru yang pernah dibuat antara satu dengan yang lain.
Kurang
lebih Seribu dua Ratus (1.200) Umat hadir dalam acara Idul Firti bersama, baik
umat dari Mesjid AL- Mutakim Honihama dan umat dari tiga belas (13) komunitas
Basis Gerejani St.Yudokus Honihama. Umat yang hadir Laki –laki dan Perempuan,
dari yang tua hingga anak- anak.
Hadir
dalam acara itu, Kepala Desa Tuwagoetobi, Imam Mesjid Al- Mutakim Honihama,
Ketua Dewan Stasi St. Yudokus Honihama, Tokoh – Tokoh Adat.
Klemens
Kopong Miten Ketua Dewan Stasi Honihama dalam sambutannya menyampaikan bahwa
tolerasi antar umat beragama di Honihama sudah merupakan sebuah tradisi.
Baginya,
tradisi yang ada merupakan sebuaah hal yang membanggakan dan harus terus
dipertahannkan. Dengan kerukunan antar Umat beragama yang kita pupuk, dan kita
bangun, akan membawa kita dalam sebuah kehidupan yang aman, damai, dan akan
membawa hidup ke arah yang lebih baik,ungkapnya.
Sementara
itu, Audaktus Lawe Ama selaku Kepala Desa Tuwagoetobi Dalam sambutannya
mengungkapkan bahwa Tak Ada Gading yang tak Retak. Saling memaafkan antar
Manusia itu penting dalam kehidupan kita bermasyarakat.
Dalam
Kehidupan kita sehari –hari, manusia tidaklah luput dari khilaf, keliru dan
salah antara satu dengan yang lain.Olehnya, momen hari ini sangat bermanfaat
untuk bagaimana kita memupuk kerukunan dalam hidup bersama di dalam sebuah lewo
(Kampung).
Pada
kesempatan ini pula, saya mengajak semua masyarakat Desa Tuwagoetobi untuk bisa
meningkatkan partisipasinya dalam pembangunan di Desa demi kemajuan bersama.
Acara
Idul Fitri Bersama juga dimeriahkan dengan Tari Perang yang diperagakan oleh
Anaka – anak dan orang Dewasa, tarian Sole Oha yang meruapakan tariaan Adat
Adonara juga pembacaan Syair Lamaholot yang dibawakan oleh anak- anak.(maksimus
masan kian)
komentar itu penting
sebab itu katakan apa yang ingin adan katakan
katakan yang baik atau buruk
asal jangan berkata tentang SARAH dan menyinggung orang lain
EmoticonEmoticon