SETIA PADA PERINGKAT
BUNTUT
( Refleksi Realita
Pendidikan NTT)
Oleh
Maksimus Masan
Kian,S.Pd
HASIL ujian
nasional SMA/SMK seluruh Indonesia sudah diumumkan . Untuk empat tahun
berturut-turut, NTT setia menempati urutan 33 dari 33 provinsi di Indonesia. NTT
mendapat sapaan Juru kunci karena di
provinsi NTT tercatat angka ketidaklulusan tertinggi untuk seluruh Indonesia.Kondisi
ini sungguh – sunguh memprihatinkan, Seolah-olah kegagalan menjadi tradisi
NTT.Posisi sebagai juru kunci pada hasil
Ujian Nasional merupakan momok dalam dunia pendidikan NTT. Benar bahwa ada peningkatan tahun ini, namun persentase
ketidaklulusan sebesar 5.50 persen atau 1.994 siswa yang tidak lulus dari
36.228 peserta seluruhnya,merupakan suatu prestasi yang tidak perlu terlalu dini
dibanggakan.
Sebuah
Pertanyaan reflektif, Ada apa dengan pendidikan NTT?
Persoalan Pendidikan NTT
Persentase
kelulusan yang rendah, kualitas lulusan yang meragukan, hilangnya semangat
belajar, Siswa malas datang ke sekolah
karena hilangnya motivasi,Guru malas mengembangkan diri dalam mendesain metode
– metode pembelajaean yang menarik, Sarana Prasarana disekolah tidak menunjang, Sumber buku yang minim,
Ketiadaan perpustakaan disekolah, gaji guru –guru honor dibawah upah minimal
adalah gambaran wajah buram pendidikan NTT dewasa ini.Sebelum terlambat baiklah
segenap komponen yang terkait dalam
dunia pendidikan, coba membangun komunikasi yang intens untuk mencari strategi pemecahan kondisi pendidikan
kita sekarang. Radikalisasi Pendidikan adalah bahasa yang harus berani
direalisasikan dalam membuat perubahan wajah pendidikan di NTT.
Secara umum
ada beberapa hal utama yang menjadi faktor penyebab keterpurukan pendidikan di
NTT .
Pertama Dinas
pendidikan
Dinas
pendidikan sebagai lembaganya Pemerintah belum mampu menghasilkan program atau
kebijakan yang pro peningkatan kualitas pendidikan, terbukti disekian sekolah
harus bertahan dengan kondisi fisik sekolah yang tidak memadai, fasilitas
sekolah yang terbatas, sumber - sumber buku pelajaran yang tidak tersedia, dan
sekian problem lain yang belum mampu terbaca dengan baik oleh Dinas Pendidikan.
Mestinya, Dinas Pendidikan bisa merencanakan penggunaan anggaran pendidikan
secara tepat sesuai dengan kebutuhan disekolah, Pengadaan fasilitas yang dibutuhkan oleh sekolah, Melakukan
kunjungan dan mendata aspirasi dari sekolah terkait kekurangan – kekurangan
disekolah, kemudian mampu mencari jalan keluar dalam memecahkan masalah yang
ditemukan sedini mungkin. Singkatnya bahwa kebijakan – kebijakan yang ditempuh
oleh Dinas Pendidikan, harus menjadi solusi dalam Mendongkrak kualitas pendidikan
didaerah.
Kedua Guru
Disekolah
sekolah masih banyak ditemukan guru yang
tidak berlatar belakang Pendidikan hanya karna mengatongi Akta Mengajar
(Akta IV) maka mendapat kelayakan berdiri didepan kelas, Aut put guru yang
berasal dari Universitas Terbuka (UT) semakin menambah daftar guru yang kurang
berkualitas.Selain itu banyak guru yang berijazah SMA masih ada yang mengajar
di sekolah SMA, Guru tamatan sarjana Ekonomi harus mengiakan mengajar mata
pelajaran IPA, dengan mengenal satu istilah klasik “Tiada akar Rotanpun Jadi”
ini kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Dengan gambaran kondisi seperti ini, Guru
yang adalah aktor utama dalam pembelajaran disekolah harus terus berbenah, guru harus Jelih dalam memilih metode belajar dimana harus
disesuaikan dengan karakter anak dan juga karakter materi itu sendiri, Guru
harus Memiliki sumber – sumber buku yang memadai yang mendukung kemudahan dalam
menyiapkan materi pembelajaran,
perangkat pembelajaran yang harus disiapkan secara baik, menciptakan rasa senang
dan bersahabat dengan siswa saat belajar,
memiliki orentasi pembelajaran yang jelas, Bahan ajar yang menarik dan harus
bisa bertangungjawab dalam setiap proses pembelajaran sampai tuntas.Selain itu
Perguruan tinggi juga harus mampu mendesain model pembelajaran kepada mahasiswa
di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dengan metode dan cara – cara yang
mampu menghasilkan calon guru yang handal dan menguasai pengetahuan dan
kecakapan sebagai seorang guru.Pemerintah perlu tegas dalam penertiban
universitas terbuka yang sedang marak menjadi pilihan jalan pintas dalam memperoleh
gelar sarjana prematur.
Ketiga Orang Tua Siswa
Orang tua
sebagai peletak dasar pengetahuan serta akhlak anak harusnya tetap terus
menjaga perkembangan anak sampai pada usia sekolah.Orang tua siswa kadang
dengan enteng mengatakan bahwa pembetukan karakter siswa serta penanaman ilmu
pengetahuan kepada siswa adalah mutlak tangungjawab sekolah (Baca:Guru). Sebuah
pernyataan yang secara tidak langsung telah melegitimasi penuh kepada guru
disekolah dalam tangungjawab nasip masa depan anak. Beberapa Contoh sederhana
dalam kaitan dengan tidak adannya tangungjawab orang tua dalam mendampingi anak
belajar misalnnya, Saat Guru memberikan tugas rumah kepada siswa, jarang sekali
orang tua dirumah menyempatkan diri untuk sekedar bertanya kepada siswa tentang
ada tidak tugas rumah yang diberikan oleh guru, Catatan lengkap atau tidak,
berapa nilai yang telah diperoleh, dan beberapa contoh lain yang sebenarnnya menjadi porsinya orang tua dalam mendampingi
anak belajar.
Keempat Siswa
Banyak siswa
yang gagal dalam belajar karena tidak memiliki motivasi yang kuat untuk belajar. Siswa hampir tidak
memahami manfaat dan kegunaan dari belajar.
motivasi dan kebiasaan belajar siswa NTT
masih sangat rendah jika dibandingkan dengan anak – anak didaerah lain .
Pada jam sekolah banyak siswa SMA
yang berseragam keliling ditengah
pasar, nongkrong dipertokoan dan pelabuhan, dan masih banyak contoh riil
kebiasaan anak – anak kita yang senangnya bebas tanpa merasa rugi meninggalkan
sekolah, meninggalkan jam pelajaran dan meninggalkan hal – hal lain yang lebih bernilai positif bagi masa
depannya.
Dampak dari Kurangnya waktu belajar para siswa mengakibatkan tidak banyak ilmu yang diperoleh dan banyak nasehat dari guru yang begitu saja terlewatkan. ini akan membentuk siswa yang berpengetahuan dangkal dan berakhlak buruk.Kalau sudah seperti ini maka dimasyarakat sering membuat onar, disekolah sering bermasalah, sering membolos, dan pada kondisi yang mengharuskan untuk berkompetisi secara Nasional (Menghadapi UN) dengan anak – anak pada sekolah didaerah lain, jelas kita akan amat sangat terpuruk. Ketekunan siswa,keseriusan serta motivasi yang kuat adalah modal meraih sukses.Sukses dalam belajar, sukses dalam menghadapi Ujian baik secara sekolah atau secara nasional, dan sukses untuk masa depan.
Dampak dari Kurangnya waktu belajar para siswa mengakibatkan tidak banyak ilmu yang diperoleh dan banyak nasehat dari guru yang begitu saja terlewatkan. ini akan membentuk siswa yang berpengetahuan dangkal dan berakhlak buruk.Kalau sudah seperti ini maka dimasyarakat sering membuat onar, disekolah sering bermasalah, sering membolos, dan pada kondisi yang mengharuskan untuk berkompetisi secara Nasional (Menghadapi UN) dengan anak – anak pada sekolah didaerah lain, jelas kita akan amat sangat terpuruk. Ketekunan siswa,keseriusan serta motivasi yang kuat adalah modal meraih sukses.Sukses dalam belajar, sukses dalam menghadapi Ujian baik secara sekolah atau secara nasional, dan sukses untuk masa depan.
Kita tentu
tidak terus berpolemik seputar sekian faktor yang mungkin menjadi kendala dalam
peningkatan kualitas pendidikan di daerah kita,Tetapi baiklah pada titik ini,
semua komponen yang berperan pada dunia pendidikan harus lebih terbuka dalam
mengevaluasi diri dan berusaha mencari alternatif pemecahan problem secara
cepat dan tepat.Karena tanpa kita sadari Pendidikan kita di NTT semakin
terpuruk.Terpuruknya dunia pendidikan kita secara tidak langsung akan menutup
jalan bagi generasi muda kita dalam berkompetisi dilevel nasional. Mari
memulainya dengan membangun kekompakan antar komponen Pendidikan mulai dari
Dinas Pendidikan, Guru, Orang tua/ wali, dan siswa sendiri.Satukan tekad dan
semangat yang ada, Raih perubahan dan berusaha mengikis keterpurukan pendidikan
kita di NTT *(Diekspos pada Koran Lokal Mingguan SENAYAN Edisi III /Mei/ 2012 hal 6-7)