WEEKLYLINE.NET. Bermula dari 30 anggota dengan modal 2 juta, mampu membangkitkan semangat gotong-royong Kelompok Tani Lewerang dengan sistem kerja tenaga dibayar tenaga.
Curahan
tenaga pada saat membuka lahan sampai mengerjakan lahan pertanian, dan
diakhiri di saat panen, bantuan tenaga dari anggota kelompok seperti ini
harus dikembalikan sesuai dengan tenaga yang berikan.
Gotong-royong, untuk orang Lamaholot-salah satu komunitas suku di Provinsi NTT- disebut gemohing,
sebagai solidaritas sosial dan budaya yang melekat dalam kehidupan
masyarakat.Gotong-royong dalam bentuk kerjabakti, dilakukan untuk
kepentingan bersama; gotong-royong dalam bentuk tolong menolong membuat
ruamh dan mengerjakan kebun petani.
Dan ini dilakukan oleh Kelompok Tani Lewowerang (KTL) Yang berada di Desa Tuwagoetobi Kecamatan Witihama, Adonara, Kabupaten Flores Timur-NTT.
Bahkan sikap gotong-royong ini pula yang mengantarkan ketua Kelompok Tani Lewerang,Kamilus Tupen Jumad mendapat Penghargaan Kusala Swadaya tahun 2013 di Jakarta bulan oktober lalu.
Rasa syukur pun dilakukan oleh kelompok ini dengan menggelar diskusi kampung, membahasa pentingnya kelompok tani agar dapat ditiruh oleh desa lain di NTT.
Dalam
diskusi kampung tersebut, beberapa anggota kelompok memberikan
kesaksian tentang arti dan manfaat sikap gotong royong dalam kelompok
Tani Lewerang ini.
Sipri
Muli Boli, bendahara Kelompok Tani Lewowerang menjelaskan, awalnya
didirnya ragu sebab sebuah kelompok dengan hanya beranggotakan 30 orang
dengan modal awal 2 juta baginya merupakan sesuatu yang mustahil untuk
kemudian berkembang cepat dan bisa menjadi besar.
“Awalnya saya ragu. Saat itu anggota kelompok hanya 30 orang dengan modal 2 juta saja. Saya benar-benar ragu saat itu dan tidak membayangkan akan menjadi besar seperti ini,” ungkap Sipri Boli.
Karena,
demikian Sipri Boli, berdasarkan pengalaman sudah begitu banyak
kelompok-kelompok tani yang ada di Masyarakat walau dengan anggota yang
banyak uang banyak toh bubar juga.
Lanjut
Sipri, akan tetapi kegigihan seorang Ketua Kelompok Tani, Kemilus Tupen
Jumad dalam memberikan keyakinan menjadikan dia yakin dan terus
optimis. Anggota mulai terbangun semangat dan motivasinya untuk bekerja
dalam Gemohing KTL.
Semangat
itu terbangun karena motivasi awal bahwa semua anggota kelompok tami
yang bekerja gotong royong pada siang hari, langsung dibayar upahnya
pada malam hari.
Selain
itu, bagi Anggota yang ingin mengerjakan ladangnnya dan tidak memiliki
modal bisa membuka pinjaman di KTL, Ia bisa membayar dengan tenagannya
pada pengerjaan kebun hari hari berikutnya di anggota yang lain.
“Saya
sungguh merasakan bahwa Sistem yang terbangun dalam Kelompok Tani
Lewowerang (KTL) Sungu –sunguh sudah merubah perekonomian masyarakat
kita. Saya sebagai pemegang kas, tidak sedikitpun menuntut untuk
dibayar. Saya sudah merasa bangga melihat semua Anggota KTL kompak untuk
sama sama menuju kesehjateraan. Mudah –mudahan di suatu hari nanti,
metode yang diterapkan KTL mampu merambah ke seluruh Indonesia,” harap
Sipri Boli.
Lain
lagi dengan kisah Kosmas Bahi, yang adalah wiraswasta sukses dikampung
tersebut. Kosmas bahkan tak peduli dan acuh tak acuh dengan kehadiran
kelompk ini. Tak pelak diapun mencibir. Tetapi saat ini dirinya mengaku
bangga dengan kelompok ini, dan dia masuk menjadi anggota yang ke 200.
“Memang
persis saya menjadi anggota yang ke 200. Awalnya saya cuek saja. Tetapi
lama kelamaan kelompok tani ini menjadi sangat bermanfaat bukan hanya
untuk anggota kelompok tani saja, tetapi juga membawa manfaat bagi
seluruh warga kampung,” ungkap Kosmas Bahi.
Kosmas
pun mengakui setelah menjadi anggota kelompok baru merasakan bahwa
manfaat KTL sangat bayak. Saat ini Kosmas yang memiliki usaha kios
akhirnya bersemangat mengurus kenbunnya yang sebelumnya terbengkalai.
Semangat
gotong-royong yang ditunjukkan oleh Kelompok Tani Lewerang ini sudah
berjalan dengan baik, berupa curahan tenaga pada saat membuka lahan
sampai mengerjakan lahan pertanian, dan diakhiri di saat panen, bantuan
tenaga dari anggota kelompok seperti ini harus dikembalikan sesuai
dengan tenaga yang berikan.
Hal
ini terus menerus terjadi yang akhirnya menjadi ciri masyarakat, di
Desa Tuwagoetobi Kecamatan Witihama, Adonara, Kabupaten Flores
Timur-NTT, yang bisa menjadi contoh bagi desa lain di NTT juga di
Indonesia. (Maksimus Masan Kian)
komentar itu penting
sebab itu katakan apa yang ingin adan katakan
katakan yang baik atau buruk
asal jangan berkata tentang SARAH dan menyinggung orang lain
EmoticonEmoticon