WEEKLYLINE.NET_Tak ada sambutan yang meriah. Tak
jamuan makan malam. Tak ada senyum bangga dari Pemkab Flotim. Bahkan
camat pun datang terlambat. Inilah kisah Kemilus Tupen Jumad, Sang
pahlawan pertanian dari Adonara, setelah kembali dari Jakarta menerima
penghargaan sebagai inspirator petani Adonara. Kisah ini seperti, cerita
Nabi yang ditolak di kampung halaman sendiri
Memang
tidak banyak yang tau soal prestasi yang didapat oleh seorang petani
dari Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT ini. Dia adalah Kemilus Tupen
Jumad, yang mendapat penghargaan Kusala Swadaya 2013 tingkat nasional
untuk para pegiat kewirausahaan sosial, kerja sama Bina Swadaya dengan
Kementerian Perdagangan RI.
Tanggal
10 Oktober 2013 lalu bertempat di auditorium Pegadaian, Jalan Kramat No
162-Jakarta, mantan Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia ini di beri
penghargaan sebagai pegiat, Pembina kelompoik tani. Ini sebuah prestasi
gemilang. Tidak semua sarjana pertanian mampu melakukan hal ini, tetapi
seorang Kemilus Tupen Jumad, mampu melakukan dengan cara yang sederhana
tetapi berhasil dengan indah.
Keberhasilan
ini pun mendapat penghargaan. Sayangnya, ketika kembali ke Kampung
Halaman di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, tak ada sambutan
apapun. Naifnya, saat itu tidak ada seorangpun pejabat dari pemerintah
Kabupaten Flores Timur yang dating sekedar memberikan salam. Menyapa
saja tidak apalagi memberikan selamat atau proficiat..???
Bahkan,
saat kedatangan Kemilus Tupen Jumad, pada selasa 14 Oktober 2013 di
Larantuka, Bupati Flores Timur, Yosni Herin sedang plesir ke China,
sementara wakil Bupati juga tidak sedang berada di tempat. Bahkan Kepala
Dinas Pertanian Kabupaten Flores Timur pun tak tidak mengetahui tentang
prestasi ini. Aneh, tapi memang nyata.
Mestinya,
hal yang berhubungan dengan pertanian, Pemerintah Kabupaten Flores
Timur harusnya memberikan respon yang lebih, sebab salah satu pilar
dalam program andalan Flotim Gerbang emas adalah pertanian.
Tentu
sambutan yang meriah tidak diharapkan oleh seorang Kemilus Tupen Jumad
dari Pemkab Flotim. Tetapi paling tidak, akan terlihat elok bila
perhatian pemerintah sebagai pelayan masyarakat mestinya dilakukan.
Setelah menginap satu malam di rumah keluarga di Larantuka, Kamis
tanggal 16 Oktober 2013 Beliau Kembali Ke Kampung halaman Desa
Tuwagoetobi Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur melalui penyebrang
Pante Palo menuju Tanah Merah di Kecamatan Adonara Barat.
Hanya
ada dua mobil pick up dengan 20 warga dari Kampung telah menunggu di
Pante Palo. Perjalanan ke kampung, dari kabupaten di dampingi oleh Bapak
Maksimus Moa yang merupakan ketua GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani
Flores Timur) beserta Sekretaris GAPOKTAN Yosep Nedebang.
Sedih
memang. Tetapi hal ini tidak membuat Kemilus Tupen Jumad berkecil hati.
Ama Tupen JUmad, tetapi berjalan dengan tegak kepala menuju ke kampong.
Sebab dia hanya seorang mantan TKI yang berbuat untuk kampong
halamannya. Layak di sebut pahlawan untuk petani kampung.
Dalam
perjalanan saat melewati jalur pasar Waiwadan, Ama Tupen Kemilus
menyempatkan diri berbincang dengan para petani yang menjual komiditi di
pasar Waiwadan dan sempat juga membeli beberapa sisirr buah pisang.
Saat tiba di kecamatan Klubagolit, warga lain dari desa Tuwagoetobi
telah menuggu dengan mengendarai kurang lebih 30 sepeda motor.
Dalam
perjalanan dari Kecamatan Klubagolit, dengan alat pengeras suara yang
sederhana salah satu Warga Honihama, Jhon Kopong Kolot berusaha
mengumandangkan informasi-informasi tentang prestasi yang diraih oleh
anak Lamaholot di Kanca Nasional tetapi kurang mendapat respon, dan
mengajak masyarakat lain disepanjang jalan untuk bisa mengambil bagian
dalam acara menjemput tokoh tani asal Desa Tuwagoetobi.
“Harusnya
kita merasa bangga atas prestasi yang diraih dan memberikan sambutan
meriah kepada sosok Tupen Kemilus yang telah mengangkat nama besar
masyarakat Lamaholot pada Khususnya dan NTT pada umumnya” ungkap Jhon
Kopong Kolot sepanjang perjalanan menuju ke Desa Tuwagoetobi.
Kemeriahan
Penyambutan baru nampak di Kampung Halaman Bapak Kemilus Tupen Jumad.
Di pintu Gerbang Desa Tuwagoetobi sudah menuggu ribuan warga ingin
menyaksikan langsung acara penjemputan Bapak Tupen Kemilus. Setibanya di
pintu Gerbang rombongan diterima dengan sapaan adat, dilanjutrkan
seremoni adat di pintu masuk Desa.
Rombongan
seterusnya di arak menuju ke rumah Adat desa Tuwagoetobi. Perjalanan
yang ditempuh dari Pintu gerbang menuju ke rumah Adat kurang lebih 2
km.Di sepanjang perjalanan rombongan diiringi dengan tarian adat Adonara
yaitu tari Hedung (tari perang) lambang penyambutan seseorang atau
kelompok orang yang baru memenangkan sebuah kompetisi.
Saat
tiba di depan rumah adat,ketua adat sebelum menerima piala penghargaan
dalam tuturan bahasa daerah, menyampaikan bahwa semua yang terjadi hari
ini berkat penyertaan leluhur Lewotanah sehingga walau penghargaan itu
jauh sampai di Tanah Jawa di Jakarta, kita bisa meraih dan membawanya
pulang masuk menuju ke Kampung halaman kita.
Ini
merupakan catatan sejarah yang harus di warisan dan diceritrakan kepada
generasi muda. Acara ini dihadiri oleh Ketua dan Sekretaris Gapoktan
Flores Timur, Tokoh adat, Pemerintah Desa Riangduli yang merupakan desa
tetangga, anggota Kelompok Tani Lewowerang dan hampir seluruh masyarakat
Desa Tuwagoetobi.
Pemerintah desa
tidak melibatkan diri dalam gelaran acara hari itu, sementara Camat
sebagai kepala wilayah di kecamatan Witihama baru tiba di lokasi acara
pada sore harinya setelah makan siang. Sungguh sebuah kisah tragis,
tetapi Kemilus Tupen Jumad tetap memberikan diri sebagai pejuang,
pelayan dan inspirator Petani di Kampung halamanya..! (Maksimus Masan Kian)
dimuat di http://www.weeklyline.net/
komentar itu penting
sebab itu katakan apa yang ingin adan katakan
katakan yang baik atau buruk
asal jangan berkata tentang SARAH dan menyinggung orang lain
EmoticonEmoticon